Hari begitu indah disaat langit biru pancarkan keindahan cinta yang menyelami dunia dengan penuh kehangatan rasa hingga kobarkan jiwa semangat untuk maju berjuang dan melangkah yakin dengan jiwa raga yang ditinggikan akan keagungan Tuhan karena kesadaran diri.
Menerpa angin digelapan malam hanya untuk mencari satu titik terang dari sang inspirasi, yakni dosenku. Tak ada lagi yang perlu membuatku menunggu untuk membuka mata selebar lebarnya mencari cahaya kehidupan, yakni ilmu.
Pagi yang penuh kabut tidak membuatku patah semangat di hari ini, selasa. Hari ini adalah hari luar biasa, dimana aku bisa duduk dibangku kelas seperti biasa, yang membedakan adalah siapa yang mengisi kelas, senang sekali rasanya melihat wajah tampan, rapi, berwibawa seperti dosenku yang satu ini, yah dosen filsafat pendidikan. Luar biasa beliau memberikan arti semangat dalam hidup dan memberikan cahaya lebih terang untuk tetap bertahan di dunia yang semakin panas ini.
Penampilanku harus selalu rapi, karena aku percaya penampilan adalah hal paling penting tapi bukan yang utama. Aku berangkat dari rumah pukul 06.30 perjalanan 30 menit, dan tepat pukul 07.00 aku sanpai di kelas filsafat, dengan sepatu coklat menyerupai kulitku, baju merah muda dan sepasang dengan kerudung bermotif indah menempel ditubuhku, aku semakin percaya diri dan semakin yakin dengan apa yang ada diriku ini mampu membawaku ke gerbang kesuksesan.
Tidak lama kemudian pak dosen masuk kelas dengan penampilan yang selalu menarik. Semua mahasiswa tercengang melihat beliau, beliau terlihat tersenyum dan memandang satu persatu dari kami serta memanggil nama panggilan kami. Beliau hafal dengan nama kami semua, jarang-jarang bukan dosen seperti itu.
"Seneng banget pak dosen masih ingat aku"kata kata Fitri mahasiswi pendiam itu
Semua mata tertuju pada Fitri, dia sampai menangis haru karena namanya di hafal oleh dosen, kemudian pak dosen tersenyum dan mendekatinya,
"Kenapa kamu menangis? " tanya pak dosen dengan senyuman manisnya
"Ee... ee.." Fitri tak mampu menjawab, dia tertunduk dalam
"Sekarang, coba tatap mata saya dan teman- teman yang ada dikelas ini , apa menakutkan, dan menakuti kamu?" Pertanyaan yang cukup membebani bagi orang yang tipe seperti itu
Fitri terlihat diam dan dia tersenyum melihat pak dosennya,
"Bolehkah saya jujur pak?" Tanyanya dengan penuh harap,matanya seakan memelas
" boleh tidak ada yang melarang," jawab pak dosen, sembari duduk di bangku beliau
"Saya tidak tahu kenapa, kalau bapa panggil.nama saya, saya terharu pak. Saya nangis bukan karna ada masalah, tapi saya bahagia pak. Masih ada dosen yang menghafal saya. Selama ini saya tidak pernah di hafal dan saya merasa dipandang sebelah mata" begitu pengakuan Fitri, cukup membuat seisi kelas tertunduk membisu ikut merasakan apa yang Fitri rasakan, mungkin sebuah pukulan besar bagi para dosen yang masih saja seperti itu
Aku melihat genangan air mata itu tak mampu dibendung oleh nya, sehingga fitri menunduk dan tak mampu berkata lain, selain menangis.
Pak dosen terlihat tersenyum, beliau mengisyaratkan Fitri untuk menemuinya nanti usai mata kuliah.
Setelah suasana sudah tenang, karena pak dosen yang mengalihkan pembicaraan. Seisi kelas melanjutkan pembelajaran filsafat,
"baiklah anak-anakku, siapa yang hari ini persentasi?" tanya pak dosen dengan senyuman yang menawan
"kami pak" jawab sekelompok mahasiswa dengan tampilan yang berbeda dengan lainnya
"baiklah, silahkan maju, Raima, Salsa, Ayu, Sari!" panggil pak dosen
Tidak perlu memperkenalkan diri, persentasi langsung dimulai, dengan begitu hangatnya, dan aktif.. Pak dosen terlihat mengikuti, memperhatikan, kami saat persentasi. Tidak sama sekali meninggalkan kelas, dan mengalihkan pandangan. Beliau selalu memandang kami sebagai mana mahasiswanya, terlebih kelompok yang sedang persentasi. Ini yang membuat mahasiswa-mahasiswa takjub akan sikap beliau. Menjadi inspirasi banyak mahasiswa, untuk menjadi pendidik yang profesional.
Setelah satu jam lamanya persentasi, dan waktunya untuk di tutup. Dan selanjutnya adalah waktu untuk pak dosen memberikan materi.
"anak-anaku, baiklah sekarang waktunya saya untuk memberikan materi kepada kalian semua, tolong semua memeperhatikan. Masih ada yang melamun.."kata pak dosen sembari mendekati salah satu mahasiswa
Kami yang lainnya hanya memperhatikan, dan tersenyum memperhatikan langkah pak dosen semakin dekat dengan salah satu mahasiswa itu yang biasa dipanggil Ama, namun Ama tetap saja tidak menyadari akan adanya beliau.
"Kamu siap belajar hari ini?" tanya pak dosen sembari menepuk halus pundaknya
Mahasiswa yang lain tertawa, karena melihat Ama yang tersentak kaget sambil teriak "tidaakk".
Seperti nya Ama sedang ada masalah, entah itu masalah keluarga atau lainnya sampai seperti itu. Matanya berkaca-kaca, pipi dan hidungnya merah. Namun pak dosen memberikan semangat padanya,
"Ama, jika memang belum siap untuk mengikuti pelajaran kali ini, silahkan pulang dulu tidak apa-apa. Tidak ada manusia yang tidak punya masalah, jika adapun sebenarnya itulah masalahnya. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, semua ada jalan keluarnya. Carilah akarnya dulu, kemudian cari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah kita tulis dalam benak kita. Nantinya akan ketemu bagaimana menyelesaikannya."
Kalimat itu membuat seisi kelas diam dan menunduk, terlebih Ama, sepertinya sangat dalam dan memberikan kekuatan besar. Dan beberapa menit kemudian, setelah pak dosen kembali ke mejanya, Ama tersenyum dan berteriak,
"saya siap belajar hari ini pak" dengan suara lantang dan percaya diri
Pak dosen tidak mengeluarkan kata-kata lagi, beliau hanya tersenyum, dan melanjutkan pembelajaran.
"baiklah anak-anakku, setelah kita belajar bersama tadi, masih adakah pertanyaan yang ada di benak kalian? apa masih belum paham dengan hasil diskusi tadi?" tanya pak dosen
"ada yang sudah, ada yang belum pak" jawabku
"apa yang sudah dan apa yang belum?" tanya pak dosen
Aku hanya terdiam, dan tersenyum. Dan teman-teman juga tersenyum memandangku. Tidak lama kemudian pak dosen menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan tadi, dan melanjutkan materi filsafat pendidikan. Terlihat kelas sangat aktif, banyak yang bertanya dan semua memperhatikan.
Kurang lebih 15 menit sebelum pembelajaran di akhiri, pak dosen selalu memberikan motifasi. Dan kali ini adalah hari terakhir pembelajaran filsafat pendidikan, karena minggu depan sudah Ujian Akhir Semester (UAS), dan pasti sangat mengena di hati kami semuanya.
"terimakasih anak-anakku, dengan adanya perbedaan di antara kalian, membuat diri saya lebih berkembang, dari pada mahasiswa yang sama karakternya, justru membuat diri saya jalan ditempat. Jangan pernah mengira kalau saya membenci kalian, hanya karena kalimat saya yang kadang menyakiti, semua itu hanya bertujuan memberikan motifasi besar untuk kalian semuanya. Jangan perlah melupakan semua tentang kita, jalinan asmara yang sudah kita jalin, jangan sampai terputuskan hanya karena jarak dan waktu.."
Kalimat beliau terhenti, karena kami tertawa dengan bahasa beliau yang puitis itu, semakin membuat lemas mahasiswi. Tidak lama kemudian beliau melanjutkan,
"ingatlah nak, pesan saya yang sering sekali saya bahas setiap pertemuan filsafat pendidikan, ubahlah diri kalian jika itu masih biasa, lakukan hal yang luar biasa, sehingga mendapatkan hasil yang luar biasa juga. Jangan mau jadi orang biasa, jadilah yang luar biasa. Dan ingat, jika kalian berhenti kuliah, sama saja kalian mati sebelum mati yang sesungguhnya, ini harus selalu terngiang dalam benak kalian, karena dengan ilmulah kalian mampu menggennggam dunia ini, dan ingat dan tekankan pada diri kalian, "Saya Harus Bisa Kencing Di Luar Negri", kalian masih ingat bukan? untuk kencing saja disana, kalian harus bisa ke luar negri, bukan untuk jadi TKI/TKW, tapi jadilah orang yang berpendidik disana, kuasai potensi, dan bakat kalian, dan pergilah untuk kembali ke Indonesia kita ini!"
Semua mata menatap pak dosen, terlihat kalimat-kalimat ini memberikan sebuah pengaruh besar untuk tetap menjalini hidup yang berbeda, dengan cara yang luar biasa. Wajah pak dosen sangat meyakinkan dan sangat kuat kata perkata yang beliau katakan.
Kemudian pak dosen mendekati kami satu persatu, dan menatap mata kita dengan memberikan penyemangat, setelah pak dosen keliling, kami berteriak kompak,
"kami pasti bisa"
Terlihat wajah pak dosen yang bangga akan kami, dan kemudian saatnya penutupan
"terimakasih semuanya, semoga akan selalu bermakna untuk kita semuanya. Jangan lupakan pesan saya!"
"siap bapa" jawab kami kompak
Dan pembelajaran terakhir ini, kami meminta foto bersama, dengan pak dosen tentunya,
"foto saya buat apa? di facebook banyak foto saya, tinggal ambil saja nanti edit diletakkan dekat dengan kalian"
"hahahah, bapa sukanya gitu" kata Ani
"Bapa, ayo pak, foto bersama. Barang kali nanti tikus di rumahku ngga ada" kata Raima sambil tertawa
"hust.. Raima" tegur Salsa
"baiklah, mari-mari kita foto bersama, benar kata Raima tadi yah, barang kali tikusnya pada mati kalau dikasih lihat foto saya"kata pak dosen dengan wajah memelas
"hahahaha bapa" sorak teman-teman
kemudian, kami langsung memposisikan diri untuk berfoto, dan kami semua tertawa, setelah semua rapi, muncul pertanyaan,
"siapa yang mau fotoin?"
"hahahaha" serontak tertawa semuanya
"ya sudah sini saya dulu yang fotoin" kataku
"iyah, nanti ngga usah gantian yah" ledek Raima
"apaan, harus gantian lah, kalau ngga mau nanti bapa aja yah pak yang gantian"ledekku sambil mengambil posisi untuk mempotret
"oke semuanya siap? 1 2 3, ciss"
Dengan gaya dari teman-teman terlihat pula karakter masing-masing dari mereka. Luar biasa bukan,
"oke satu lagi, semuanya teriak yah, 1 2 3, aahhhhhhhhhgggg"
Ekspresi yang luar biasa, sekarang gantian aku ikut foto, dan Raima menggantikan posisiku. Ekspresi sok manis dan sok cantik selalu aku pamerkan, dengan tangan di belakang leher, kepala miring kekanan, kaki satu di belakang dan senyuman mempesona, bagiku akan terlihat lebih menarik dari pada gaya senyuman kuda, dan dua jari dipamerkan, sudah biasa bukan?
Bukankah kita harus luar biasa, agar yang didapat luar biasa pula?
Setelah semua berpose, tiba-tiba pak dosen menghampiriku,
" kamera kamu mana tadi?" tanya pak dosen
"ini pak,!"
"sini, saya foto kalian, tetap di tempat yah"
"hahaha, bapa apa-apaan ini, mana ada pak dosen begitu" kata Raima
"inilah yang luar biasa, iya bukan?" kata pak dosen
Kami hanya tertawa melihat sikap pak dosen itu, dan kami berpose. Luar biasa bukan pak dosen yang satu ini.
Kemudian, kelaspun usai, dan kami harus pergi ke rumah masing-masing. Berharap akan selamat dan mampu memanfaatkan ilmu nantinya. Fitri teman dari kami, pergi ke ruangan pak dosen dan bertemu dengannya, mungkin saja curhat dengan beliau, sedangkan yang lainnya langsung saja pulang.
Sebuah hal luar biasa bukan, jika ilmu itu kita miliki, dan motivasi selalu kita pegang teguh, akan berdampak dikemudian hari. Yang pasti jadilah yang luar biasa.
Fitri terlihat diam dan dia tersenyum melihat pak dosennya,
"Bolehkah saya jujur pak?" Tanyanya dengan penuh harap,matanya seakan memelas
" boleh tidak ada yang melarang," jawab pak dosen, sembari duduk di bangku beliau
"Saya tidak tahu kenapa, kalau bapa panggil.nama saya, saya terharu pak. Saya nangis bukan karna ada masalah, tapi saya bahagia pak. Masih ada dosen yang menghafal saya. Selama ini saya tidak pernah di hafal dan saya merasa dipandang sebelah mata" begitu pengakuan Fitri, cukup membuat seisi kelas tertunduk membisu ikut merasakan apa yang Fitri rasakan, mungkin sebuah pukulan besar bagi para dosen yang masih saja seperti itu
Aku melihat genangan air mata itu tak mampu dibendung oleh nya, sehingga fitri menunduk dan tak mampu berkata lain, selain menangis.
Pak dosen terlihat tersenyum, beliau mengisyaratkan Fitri untuk menemuinya nanti usai mata kuliah.
Setelah suasana sudah tenang, karena pak dosen yang mengalihkan pembicaraan. Seisi kelas melanjutkan pembelajaran filsafat,
"baiklah anak-anakku, siapa yang hari ini persentasi?" tanya pak dosen dengan senyuman yang menawan
"kami pak" jawab sekelompok mahasiswa dengan tampilan yang berbeda dengan lainnya
"baiklah, silahkan maju, Raima, Salsa, Ayu, Sari!" panggil pak dosen
Tidak perlu memperkenalkan diri, persentasi langsung dimulai, dengan begitu hangatnya, dan aktif.. Pak dosen terlihat mengikuti, memperhatikan, kami saat persentasi. Tidak sama sekali meninggalkan kelas, dan mengalihkan pandangan. Beliau selalu memandang kami sebagai mana mahasiswanya, terlebih kelompok yang sedang persentasi. Ini yang membuat mahasiswa-mahasiswa takjub akan sikap beliau. Menjadi inspirasi banyak mahasiswa, untuk menjadi pendidik yang profesional.
Setelah satu jam lamanya persentasi, dan waktunya untuk di tutup. Dan selanjutnya adalah waktu untuk pak dosen memberikan materi.
"anak-anaku, baiklah sekarang waktunya saya untuk memberikan materi kepada kalian semua, tolong semua memeperhatikan. Masih ada yang melamun.."kata pak dosen sembari mendekati salah satu mahasiswa
Kami yang lainnya hanya memperhatikan, dan tersenyum memperhatikan langkah pak dosen semakin dekat dengan salah satu mahasiswa itu yang biasa dipanggil Ama, namun Ama tetap saja tidak menyadari akan adanya beliau.
"Kamu siap belajar hari ini?" tanya pak dosen sembari menepuk halus pundaknya
Mahasiswa yang lain tertawa, karena melihat Ama yang tersentak kaget sambil teriak "tidaakk".
Seperti nya Ama sedang ada masalah, entah itu masalah keluarga atau lainnya sampai seperti itu. Matanya berkaca-kaca, pipi dan hidungnya merah. Namun pak dosen memberikan semangat padanya,
"Ama, jika memang belum siap untuk mengikuti pelajaran kali ini, silahkan pulang dulu tidak apa-apa. Tidak ada manusia yang tidak punya masalah, jika adapun sebenarnya itulah masalahnya. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, semua ada jalan keluarnya. Carilah akarnya dulu, kemudian cari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah kita tulis dalam benak kita. Nantinya akan ketemu bagaimana menyelesaikannya."
Kalimat itu membuat seisi kelas diam dan menunduk, terlebih Ama, sepertinya sangat dalam dan memberikan kekuatan besar. Dan beberapa menit kemudian, setelah pak dosen kembali ke mejanya, Ama tersenyum dan berteriak,
"saya siap belajar hari ini pak" dengan suara lantang dan percaya diri
Pak dosen tidak mengeluarkan kata-kata lagi, beliau hanya tersenyum, dan melanjutkan pembelajaran.
"baiklah anak-anakku, setelah kita belajar bersama tadi, masih adakah pertanyaan yang ada di benak kalian? apa masih belum paham dengan hasil diskusi tadi?" tanya pak dosen
"ada yang sudah, ada yang belum pak" jawabku
"apa yang sudah dan apa yang belum?" tanya pak dosen
Aku hanya terdiam, dan tersenyum. Dan teman-teman juga tersenyum memandangku. Tidak lama kemudian pak dosen menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan tadi, dan melanjutkan materi filsafat pendidikan. Terlihat kelas sangat aktif, banyak yang bertanya dan semua memperhatikan.
Kurang lebih 15 menit sebelum pembelajaran di akhiri, pak dosen selalu memberikan motifasi. Dan kali ini adalah hari terakhir pembelajaran filsafat pendidikan, karena minggu depan sudah Ujian Akhir Semester (UAS), dan pasti sangat mengena di hati kami semuanya.
"terimakasih anak-anakku, dengan adanya perbedaan di antara kalian, membuat diri saya lebih berkembang, dari pada mahasiswa yang sama karakternya, justru membuat diri saya jalan ditempat. Jangan pernah mengira kalau saya membenci kalian, hanya karena kalimat saya yang kadang menyakiti, semua itu hanya bertujuan memberikan motifasi besar untuk kalian semuanya. Jangan perlah melupakan semua tentang kita, jalinan asmara yang sudah kita jalin, jangan sampai terputuskan hanya karena jarak dan waktu.."
Kalimat beliau terhenti, karena kami tertawa dengan bahasa beliau yang puitis itu, semakin membuat lemas mahasiswi. Tidak lama kemudian beliau melanjutkan,
"ingatlah nak, pesan saya yang sering sekali saya bahas setiap pertemuan filsafat pendidikan, ubahlah diri kalian jika itu masih biasa, lakukan hal yang luar biasa, sehingga mendapatkan hasil yang luar biasa juga. Jangan mau jadi orang biasa, jadilah yang luar biasa. Dan ingat, jika kalian berhenti kuliah, sama saja kalian mati sebelum mati yang sesungguhnya, ini harus selalu terngiang dalam benak kalian, karena dengan ilmulah kalian mampu menggennggam dunia ini, dan ingat dan tekankan pada diri kalian, "Saya Harus Bisa Kencing Di Luar Negri", kalian masih ingat bukan? untuk kencing saja disana, kalian harus bisa ke luar negri, bukan untuk jadi TKI/TKW, tapi jadilah orang yang berpendidik disana, kuasai potensi, dan bakat kalian, dan pergilah untuk kembali ke Indonesia kita ini!"
Semua mata menatap pak dosen, terlihat kalimat-kalimat ini memberikan sebuah pengaruh besar untuk tetap menjalini hidup yang berbeda, dengan cara yang luar biasa. Wajah pak dosen sangat meyakinkan dan sangat kuat kata perkata yang beliau katakan.
Kemudian pak dosen mendekati kami satu persatu, dan menatap mata kita dengan memberikan penyemangat, setelah pak dosen keliling, kami berteriak kompak,
"kami pasti bisa"
Terlihat wajah pak dosen yang bangga akan kami, dan kemudian saatnya penutupan
"terimakasih semuanya, semoga akan selalu bermakna untuk kita semuanya. Jangan lupakan pesan saya!"
"siap bapa" jawab kami kompak
Dan pembelajaran terakhir ini, kami meminta foto bersama, dengan pak dosen tentunya,
"foto saya buat apa? di facebook banyak foto saya, tinggal ambil saja nanti edit diletakkan dekat dengan kalian"
"hahahah, bapa sukanya gitu" kata Ani
"Bapa, ayo pak, foto bersama. Barang kali nanti tikus di rumahku ngga ada" kata Raima sambil tertawa
"hust.. Raima" tegur Salsa
"baiklah, mari-mari kita foto bersama, benar kata Raima tadi yah, barang kali tikusnya pada mati kalau dikasih lihat foto saya"kata pak dosen dengan wajah memelas
"hahahaha bapa" sorak teman-teman
kemudian, kami langsung memposisikan diri untuk berfoto, dan kami semua tertawa, setelah semua rapi, muncul pertanyaan,
"siapa yang mau fotoin?"
"hahahaha" serontak tertawa semuanya
"ya sudah sini saya dulu yang fotoin" kataku
"iyah, nanti ngga usah gantian yah" ledek Raima
"apaan, harus gantian lah, kalau ngga mau nanti bapa aja yah pak yang gantian"ledekku sambil mengambil posisi untuk mempotret
"oke semuanya siap? 1 2 3, ciss"
Dengan gaya dari teman-teman terlihat pula karakter masing-masing dari mereka. Luar biasa bukan,
"oke satu lagi, semuanya teriak yah, 1 2 3, aahhhhhhhhhgggg"
Ekspresi yang luar biasa, sekarang gantian aku ikut foto, dan Raima menggantikan posisiku. Ekspresi sok manis dan sok cantik selalu aku pamerkan, dengan tangan di belakang leher, kepala miring kekanan, kaki satu di belakang dan senyuman mempesona, bagiku akan terlihat lebih menarik dari pada gaya senyuman kuda, dan dua jari dipamerkan, sudah biasa bukan?
Bukankah kita harus luar biasa, agar yang didapat luar biasa pula?
Setelah semua berpose, tiba-tiba pak dosen menghampiriku,
" kamera kamu mana tadi?" tanya pak dosen
"ini pak,!"
"sini, saya foto kalian, tetap di tempat yah"
"hahaha, bapa apa-apaan ini, mana ada pak dosen begitu" kata Raima
"inilah yang luar biasa, iya bukan?" kata pak dosen
Kami hanya tertawa melihat sikap pak dosen itu, dan kami berpose. Luar biasa bukan pak dosen yang satu ini.
Kemudian, kelaspun usai, dan kami harus pergi ke rumah masing-masing. Berharap akan selamat dan mampu memanfaatkan ilmu nantinya. Fitri teman dari kami, pergi ke ruangan pak dosen dan bertemu dengannya, mungkin saja curhat dengan beliau, sedangkan yang lainnya langsung saja pulang.
Sebuah hal luar biasa bukan, jika ilmu itu kita miliki, dan motivasi selalu kita pegang teguh, akan berdampak dikemudian hari. Yang pasti jadilah yang luar biasa.
0 Komentar untuk "Dosen Filsafatku"