Cintaku Di Stasiun

     
Oh, apa katamu? Tidak percaya bahwa aku jatuh cinta? Aduh, beneran kok, sungguh. Aku sedang jatuh cinta. Sekarang. Iya sekarang!
Pagi-pagi, setiap bangun dari tidur, hal pertama yang terpikirkan adalah wajahnya, mulai membuka handphone (hp) dan berharap ada sms dari dia, dan hal yang aku lakukan adalah mencium fotonya, yang aku simpan di hpku. Sedikit gila memang, masa bodoh orang mau bilang aku gila, tapi memang gila. Setiap saat aku berpikir tentang dia, dia dan dia, yang telah meluluhkan hati ini, pancaran sinar dari kedua matanya mengantarkan aliran darah cinta keseluruh tubuhku. 

Dan semua itu berawal dari pandangan pertama, saat bertemu di stasiun dengan nya. Saat aku seorang diri menunggu jadwal kereta meluncur ke Semarang, dia muncul duduk tepat di samping kananku, di situlah aku mengenal wajahnya yang manis, cool, dan penuh gairah. Aduh, serem amat bergairah, tapi itulah yang menjadikan dia mengulurkan tangan manisnya untuk berkenalan denganku. Sampai dua jam, aku ditemani dia menunggu kereta datang, kami ngobrol kesana kemari, sampai bercanda pula. Sampai akhirnya kereta jurusan Semarang datang, dan aku meninggalkannya, dan dia masih menunggu kereta jurusan Bekasi seorang diri.
Pertemuan ini, ku rasa sebagai pertemuan awal sekaligus terakhir, tapi ternyata, berujung sampai sedekat ini. Sungguh meluluhkan kerasnya hati ini. Ternyata seperti ini, rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama, setiap saat, dimanapun, kapanpun terpikirkan tentangnya.
Betul, seluruh pikiran bahkan seluruh energi hidup akan terpusat hanya padanya. Sebuah keMaha Besaran-Nya, berikan anugrah cinta yang begitu besar.
Oh ya, maaf, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Ama. Sudah tiga tahun aku tinggal di Semarang, untuk menyelesaikan studi S-1 ku. Aku tinggal di sebuah kost-kostan dengan teman-teman dari berbagai daerah, asli kota ku Banyumas.
Jika kalian tidak tahu Banyumas, aku beri tahu. Banyumas itu terletak di Provinsi Jawa Tengah, kalau tahu tempat wisata Baturaden, di sekitar situlah rumahku. Udara yang dingin, wisata yang ramai dikunjungi pemuda-pemudi untuk menyatakan cintanya, dan puaskan diri mereka di sekitar vila-vila kecil di Baturaden. Tidak perlu dicontoh, memang buruk sekali.
Kalau kalian datang berwisata di Baturaden, jangan lupa datang di rumah makan Asli Banyumas, ibuku pasti menyambut dengan baik. Karena rumah makan milik ibuku. Cukup saja yah perkenalannya.
Dia-dia yang selalu ku sebut, namanya Zaki, sejak pertemuan di stasiun, aku merasakan getaran cinta. Entahlah bagaimana perasaan dia, nomer hp ku sudah dipegang Zaki, begitupun nomer hp nya, sudah ku pegang. Jadi menjalin silaturahmi sudah biasa lewat sms, telphone.
 
“kriiingg..kriiing..kriiing..”
Aku tersentak kaget, hp ku bunyi, ada telpon masuk ternyata. Aku liat layar hp, ada tulisan “Zaki Memanggil”. Serasa aliran darahku berhenti, betapa bahagianya. 
assalamu’alaikum Zaki”
wa’alaikumsalam Ama, bagaimana kabarnya?”
alhamdulilah baik, Zaki gimana, sehat juga kan?”
“iya, alhamdulillah. Ama...”
Nada suaranya mulai rendah, entah apa yang akan dia katakan padaku, jantung ini semakin dag-dig-dug tak beraturan.
“iya....kenapa Zak?” tanyaku
“sebenarnya aku.....”
“kenapa berhenti? Di lanjutkan saja ngomongnya!”
“aku...aku... besok akan menemuimu” dengan nada semakin rendah
“apa? Besok kamu datang ke Semarang? Menemuiku?”
Seperti di sengat lebah cinta mendengar dia akan datang menemuiku, sungguh rasanya bahagia sekali. 
“iya, besok aku datang, nanti aku kabari kamu ya, wassalamu’alaikum
Dengan buru-buru dia menutup telponnya, sepertinya dia malu-malu, yah bodo amat. Yang penting aku bahagia. Aku merasakan jatuh cinta lagi, seperti pandangan pertamaku dengannya.
Saking tegangnya, aku tidak bisa tidur semalaman. Bahkan sejak jam lima subuh aku sudah bersiap-siap menantinya datang menemuiku, kebetulan hari ini kuliahku libur. Aku buka jendela kamar kostku, ku lihat masih ada bulan yang segera tenggelam, disertai datangnya matahari pagi.
Aku mengenakan t-shirt merah, kerudung merah dan celana jeans hitam. Kuraih jaket jeans merah yang tergantung di balik pintu kamarku. Dan aku siap meluncur menuju stasiun Semarang. Sedikit gila mungkin, Zaki jam 6 baru star dari Bekasi, jam 5 aku sudah pergi ke stasiun untuk menyambutnya. Tapi memang gila.
“hay.. Ama” 
Ada yang memanggilku sepertinya, aku tengok kearah kananku dan ternyata dia Dani teman SMA ku dulu di Banyumas.
“hay.. Dani yah? Kok bisa ada di sini?”
“iya,syukurlah kamu masih ingat, aku kerja di stasiun kereta api, jadi office boy. Kamu mau kemana rapi begitu? Naik motor sendirian?”
“oh.. kamu kerja di stasiun, kebetulan aku mau kesana nih Dan, “
“aduh, kok cepat sekali, mau jemput siapa?”
“iyah, jemput teman”
“mari bareng aku aja ma!”
“oh,, tidak usahlah Dan, aku bisa sendiri. Lagian nanti kalau aku ikut kamu, temanku sama siapa? Iya kan?”
Akhirnya aku nekatkan diri untuk pergi ke stasiun seorang diri, demi pujaan hatiku, yang lama tak jumpa, sudah hampir satu tahun. Semoga menjadi pertemuan yang menyenangkan.
Berjam-jam ku menunggunya, aku sibukkan diri dengan nulis artikel di android yang ku bawa. Jadi, tidaklah sia-sia waktuku terbuang. Tepat pukul 13.00 kereta dari Bekasi datang, aku berdiri, dan menunggunya di pintu keluar. Satu demi satu orang ku pandangi, tidak ada wajahnya yang nampak. Sampai habislah penumpang dari Bekasi, tidak ada wajahnya yang muncul. Hancur rasanya hati ini, sia-sia waktuku di sini menunggunya. Satu langkah demi langkah ku tinggalkan teras stasiun menuju tempat parkir motorku.
“Ama......................”
Siapa yang triak-triak begitu, aku diam penuh asa dan sama sekali tidak menoleh. Sampai akhirnya suara itu semakin dekat dan sepertinya ada meme
gang pundaku. Aku tolehkan kepalaku dengan pelan.
“zaki...............”triakku kaget
Ternyata yang tadi triak memanggil namaku dia, langsung ku peluk dia, dia mencium keningku. Tidak pikir panjang dengan keramaian yang ada. Di kira gila, memang sudah gila.
“maafkan aku Ma.. tadi aku ke toilet sebentar, aku tahu kamu pasti menungguku. Maafkan aku ya, sempat membuatmu kecewa”
“iya.. tidak apa-apa, sekarang aku tenang, sudah bertemu denganmu”
Entah kenapa, mataku berkunang-kunang, dan jatuhlah mutiara mataku. Rasa bahagia yang luar biasa. Bisa bertemu lagi dengan orang yang selalu membuatku tak berdaya, teringat terus dari pandangan pertama.
“sudahlah Ma, jangan sedih. Aku sudah di sini, penantianmu tidak sia-sia.”
Dia mulai memelukku lagi, di bawah sinar matahari siang yang panas, di sekitar keramaian, dan dilihat banyak orang.
“mba, mas.. ini parkiran, minggir dong. Saya mau lewat” seorang bapak berbicara 
Tidak berpikir panjang. Aku dan dia langsung melepaskan pelukan, saking kagetnya, kami langsung pergi meninggalkan tempat itu, menuju penginapan putra disekitar  kostanku. Sempat kesal juga yah, dasar bapak-bapak, kaya ga pernah muda saja. Tapi memang aku yang gila.
Sesampainya di penginapan, aku persilahkan Zaki untuk beristirahat. Aku juga capek, ingin istirahat. Karena duduk berjam-jam tidaklah mengenakan.
“Zaki, kamu istirahat saja dulu di sini, aku juga ingin istirahat sebentar”
“iya Ama, nanti sore aku jemput ke kost yah!”
“iyah,”jawabku tersipu malu
nice dream..”
Ada rasa lega luar biasa ketika akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Ku lepas semua yang menempel di badanku, dan aku mandi. Terasa lebih fresh, aku tidur sejenak. Dan membuang jauh bayang wajahnya.
Tepat pukul 17.00, dia datang ke kost ku, aku sudah rapi tentunya, dengan t-shirt pink,kerudung pink, dan celana jeans biru tua. Zaki langsung mengajakku pergi, entah kemana. Dengan memakai motorku, dia mulai menyalakan mesin motor, dan menjalankan motor. Baru berapa langkah motor berjalan. Tanganku dia gapai, dia tarik di perutnya, tandanya dia ingin aku memeluknya. Dengan malu-malu, akhirnya aku bisa memeluk erat. Rasanya bahagia sekali, kepalaku bersandar dipunggungnya, serasa tidak ingin jauh darinya. Padahal aku belum jadian sama Zaki. Apa aku salah yah? Ah, dia juga mau. Gila memang.
Sudah setengah jam perjalanan, tidak ada kata apapun yang keluar dari mulutnya, begitupun dari mulutku. Diam dan diam. Di persimpangan jalan, roda motorku kempes.
“aduh, Ama, bagaimana ini? Ada bengkel ga yah?”
“udah, tenang aja Zaki, ayo kita dorong. Di pertigaan nanti ada bengkel kayaknya”
“maafin aku yah, gara-gara aku, kamu jadi ikut dorong begini” katanya
“udahlah, aku senang kamu di sini. Apalagi Cuma dorong motor, dorong truk asal bersamamu, aku bahagia”
“hahaaaa...kamu bisa aja”
Sesampainya di bengkel, aku serahkan motorku pada bapak yang sudah tua renta, tapi tenaganya masih kuat. Kasihan juga kalau dibayangin, sembari menunggu motorku di tambal. Zaki mengajakku kekebun dibelakang bengkel, dia menarik halus tanganku. Dan dia senderkanku di batang pohon besar yang rimbun daunnya.
Dia memegang kedua tanganku dan menciumnya di bibir manisnya, dia mulai mengatakan sesuatu.
“Ama...”
“iya Zaki.”jawabku deg deg ser
“taukah kamu, sejak kita bertemu di stasiun setahun yang lalu, wajahmu selalu menghantuiku. Setiap saat, dimanapun, dan kapanpun. Sepertinya kamu telah mencuri hatiku. Aku di sini untuk mu. Karena...”
“karena apa Zaki?” tanyaku penasaran
“aku mencintaimu Ma”
Seperti petir cinta telah menyambar, puing-puing harapan menjadi menara yang siap untuk dinaiki. Dadaku sejenak sesak, mendengar ungkapan cintanya.
“tapi, Zaki.. aku.. tidak..”
“tidak apa Ma? Tidak bisa menerimaku maksudnya?”tanyanya lemah
 
“tidak.. tidaak bisa menolak” triak ku
Langsung aku terbang karena dia memeluk erat tubuh ini, dan mencium keningku kedua kalinya. Pertemuan ini tidaklah menyedihkan, tapi membawa kebahagiaan yang mendalam.

Cinta yang mengantarkan kita kepada sebuah hal yang bahagia seperti ini, mencari makna hidup dengan cinta, butuh pengorbanan, penantian yang mungkin lama.


Tag : cerpen, Rahma
0 Komentar untuk "Cintaku Di Stasiun"

Back To Top