Sempat terpikir di dalam benak kita mengapa ya Negara terhormat seperti Indonesia yang telah nyata diperjuangkan kemerdekaanya dengan susah payah masih menyimpan Sampah Nasional berupa koruptor yang merajalela? Dan jauh dikaji lagi ternyata latar belakang para koruptor ini berasal dari kondisi ekonomi yang baik, bukan kalangan masyarakat menengah melainkan kelompok intelegen kelas elite yang secara secara finansial diatas rata-rata.
Koruptor dan KPK rasanya adalah 2 artis yang paling popular memenuhi agenda siaran TV setiap harinya untuk di konsumsi oleh masyarakat Indonesia, sebab sebagaimanapun gencarnya upaya pemerintah dan KPK dalam menangani korupsi yang ternyata hanya mampu menyelesaikan beberapa persen diantara total kasus korupsi Nasional. Bukan pada salah KPKnya melainkan pelaku korupsi yang telah kehilangan budaya asli Indonesia, yaitu Rasa malu.
Dari kutipan fenomema yang kian mendera negeri kita Indonesia saat ini, penyakit moral mencuri adalah salah satu sebab dari kurangnya penerapan rasa malu yang tumbuh pada mental pribadi seseorang, khususnya koruptor. Rasa malu merupakan salah satu rasa yang secara kudrah diberikan secara merata kepada setiap manusia agar denganya derajat manusia itu ditinggikan, rasa malu dapat menutupi kelemahan dan ketidaksempurnaan manusia, itulah salah satu alasan mengapa ketika siapapun berjalan di jalan raya tidak menggunakan alas kaki akan merasa ada rasa tidak nyaman karena berbeda dengan standar hidup orang lain, itulah malu.
Manusia adalah mahluk yang ideal jika mampu mengontrol rasa malunya, malu jika tidak berprestasi, malu jika melakukan perbuatan yang tidak manusiawi, malu jika hadir di dunia tidak memberikan kontribusi manfaat apapun kepada manusia, malu itu adalah rahmat yang sesuai dengan budaya orang timur. Masalahnya, saat ini rasa malu benar-benar masuk kronis stadium akhir bagi para koruptor yang seolah berlomba mengukir prestasi lewat kasus kasus yang dilayangkan kepada mereka sehingga terkesan memberikan ajakan “Ayo kita lomba, siapa yang korupsinya paling banyak dan nggak ketauan”.
Saat ini, ketika negeri kita sedang dilanda dengan berbagai masalah baik dalam maupun luar negeri, ekonomi Indonesia yang masih buruk terus diperparah dengan para pencuri internal yang hanya mementingkan diri sendiri, semua itu adalah penyakit moral akibat telah hilangnya Insting malu yang terinstal pada pola pikirnya.
Melihat sebegitu banyaknya efek yang ditimbulkan dari mulai memudarnya budaya malu dikangalan kita, pendidikan dan hukuman moral perlu diperketat di Indonesia, sebagai contoh hadirnya Makam Khusus untuk para koruptor cukup memberikan pendidikan bahwa hukum yang paling menjadi mahkota di Indonesia itu adalah “Harga Diri” baru kemudian hukum Negara. Sebagai Negara yang tentunya menjaga kehormatan seperti Indonesia kita berharap, andai saja budaya malu telah membudaya pada setiap individu manusia tentu kita adalah Negara yang sangat berwibawa sebelum tegas memberikan hukuman mati bagi para koruptor yang berlaku di Negara China.
Sahabat semua, berbicara dan berpendapat memang adalah sebuah pekerjaan yang mudah namun melaksanaka adalah pekerjaan tersulit sebab tanpa action semua hanya NOL besar, paling tidak harapan lewat tulisan ini mewakili jeritan harapan kembalinya lahir Negara Indonesia bermartabat yang menjunjung budaya malu dengan baik dan siap menjadi Negara besar yang dihormati oleh seluruh Negara yang ada di Dunia, Amin. Koruptor? Benarkah Budaya Malu Kita Telah Sirna? Biar Fakta yang menjawab.
0 Komentar untuk "Koruptor? Benarkah Budaya Malu Kita Telah Sirna?"